BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan berfikir dan kesadaran manusia akan diri
dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi, situasi global membuat
kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai
tatus dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Keresahan hidip di kalangan
masyarakat semakin meningkat karena banyaknya konflik dan masalah.
Bimbingan dan konsling merupakan upaya proaktif dan
sistematik dalam membimbing individu untuk mencapai tingkat perkembangan yang
optimal, perkembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan
peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan
perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses
interaksi antara individu dengan lingkungan melalui komunikasi yang sehat dan
produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang
penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah
dan memperbaiki perilaku.
Dalam kajian bimbingan dan konseling kita
mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan bimbingan dari konselor kepada klien untuk menyelesaikan
permasalahan yang di alami oleh klien, banyak permasalahan yang dialami oleh
klien dan disinilah dapat dipahami permasalahan pada klien.
Dalam pembahasan bimbingan dan konseling ini
bertujuan untuk membantu para klien yang mengalami masalah agar dapat mengambil
keputusan secara tepat dan berkesan dengan bantuan konselor.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Pengertian Klien
2.
Pengertian Masalah
3.
Hubungan antara Klien dan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
klien
Klien merupakan semua individu yang diberi bantuan
oleh seseorang konselor atas permintaan dia sendiri ataupun permintaan orang
lain.[1] Disamping
itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubunga dengan msalah
yang di hadapinya.
Namun demikian keberhasilan mengatasi masalah itu
sebenarnya sangat di tentukan oleh pribadi klien itu sendiri.[2]
Adapun klien yang dating atas kemauan diri sendiri karena dia sadar bahwa
didalam dirinya ada suatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan
seorang ahli. Akan tetapi ada pula individu tidak sadar akan masalah yang
dialaminya karena kekurangan kesadaran diri. Dia mungkin dikirim kepada
konselor oleh orang tu atau gurunya. Namun secara umum kalau klien sudah sadar
akan diri dan masalahnya maka dia mempunyai harapan terhadap konselor dan
proses konseling yaitu supaya dia tumbuh, berkembang, produktif, kreatif dan
mandiri.
Shertzer
And Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan
kegagalan prooses konseling di tentukan oleh tiga hal yaitu (1) kepribadian
klien; (2) harapan klien; (3) pengalaman/ pendidikan klien.[3]
Menurut Kartini
Kartono klien hedaknya memiliki sikap dan sifat sebagai berikut :
a)
Tebuka maksudnya klien bersedia
mengungkapkan segala sesuatu yang diperukan demi kesuksesan proses konseling.
b)
Sikap percaya yakni klien harus benar-
benar percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasiannya kepada
siapapun.
c)
Bersikap jujur yakni koseli harus
mengemukakan data- data yang benar, jujur mengakui bahwa masalah itu yang ia
alami.
d)
Bertanggung jawab artinya dapat
mempertanggung jawabkan kata- kata yang telah ia katakan.
Syarat- Syarat Klien
1. Mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan serta masalah- masalah yang dihadapi.[4]
2. Keinsyafan
akan tanggung jawab dan mencari penyelesaian.
3. Klien
harus mempunyai motivasi yang uat untuk mencari penjelasan masalah yang
dihadapi. Di sadari sepenuhnya dan mau dibicaraan dengan knselor.persyaratan
ini merupakan persyaratan dalam alir menetukan keberhasilan atau kegagalan
penyelesaian masalah.
Aneka Ragam Klien
Setelah
kita memahami klien dengan latar belakangnya, maka selanjutnya kita akan
memahami pula aneka ragam atau jenis klien. Jika seorang dating kepada konselor
tentunya ada maksud yang terkandung di dalam hatinya. Namun anyak pula klien
yang dating tanpa maksud yang jelas atau mungkin pula kehadiranya karena
terpaksa oleh ajakan atau suruhan orang lain.
Berikut
ini akan diuraikan berbagai jenis atau ragam klien yang akan dihadapi konselor.
1) Klien
suarela
Klien sukarela maksudnya adalah klien yang hadir di
ruang konseling atas kesadaran sendiri. Berhubungan ada maksud dan tujuannya.
Mungkin ia ingin memperoleh informasi, menginginkan penjelasan tentang
persoalan yan dihadapinya, tentang
karier dan lanjutan studinya.
2) Klien
terpaksa
Klien terpaksa artinya klien yang kehadiranya
diruang konseling bukan atas keinginan sendiri. Dia dating atas dorongan orang
tua, wali kelas, teman dan sebagainya. Mungkin klien ini dianggap perilakunya
kurang sesuai dengan aturan lingkungan keluarga atau sekolah.
3) Klien
enggan
Salah satu bentuk Klien enggan adalah klien yang
banyak bicara. Pada prinsipnya klien seperti ini enggan untuk dibantu. Dia
hanya senang untuk berbincang- bincang dengan konselor, tanpa ingin
menyelesaikan masalahnya.
4) Klien
krisis
Yang dimaksud klien krisi adalah jika seorang
menghadapi musibah seperti kematian (orang tua, pacar/ isteri, anak yang
dicintai), kebakaran rumah, di perkosa dan sebagainya yang dihadapkan pada
konselor untuk diberi bantuan agar dia menjadi stabil dan mampu menyesuaikan
diri dengan situasi yang baru (musibah tersebut)
Beberapa
gejala perilaku klien krisis adalah tertutup, atau meutup diri dari luar, amat
emosional, tak berdaya, kurang mampu berfikir rasional, tidak mampu mengurus
diri dan keluarga.
Menurut Imam
Suyuti di dalam bukunya “ Pokok-
Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama Sebagai Tehnik Dakwah”
klien atau subjek konseling islam adalah yang mempunyai masalah yang memerlukan
bantuan bimbingan dan konseling.[5]
B.
Pengertian
Masalah
Dalam kehidupan manusia selalu menjumpai hambatan,
rintangan dan kesulitan dalam usahanya mencapai tujuan. Masalah tersebut timbul
bila individu atau kelmpok masyarakat berbuat yang menyimpang dari norma- norma
yang berlaku.
Menurut
Sapari Imam Asy’ary masalah adalah
kenyataan yang tidak meringankan dalam hidup, baik perasaan pikiran, kemauan
terhadap perasaan sal yang dirahasiakan leh seorang klien dimana sisi klien
tidak menyadari dirinya dan cara mencapainya.
Masalah dalam Kamus
Konseling adalah sesuatu keadaan yang mengaibatkan seorang atau kelompok menjadi rugi/ sakit dalam melakukan sesuatu.[6]
Masalah dalam Kamus
Pskologi dikatakan bahwa masalah atau problem adalah situasi yang tidak
pasti, meragukan dan sukat dipahami, masalah atau pernyataan yang memerlukan
pemecahan.[7]
Sedangkan menurut WS.Winkel dalam bukunya “ Bimbingan
Da Konseling Di Sekolah Menengah” masalah adalah suatu yang menghambat,
metintangi, mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.[8]
Masalah
dapat ditimbulkan untuk berbagai factor atau bidang kehidupan antara lain:
a)
Bidang pernikahan dan keluarga
b)
Bidang pendidikan
c)
Bidang social
d)
Bidang pekerjaan
e)
Bidang keagamaan
BAB III
KESIMPULAN
Klien
adalah individu yang mempunyai masalah dan belum mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri sehingga dia membutuhkan bantuan untuk dapat menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapinya tersebut. Dan keberhasilan mengatasi masalah tersebut
tergantung pada klien iti sendiri.
Masalah
adalah suatu yang menghambat, merintangi atau mempersulit usaha individu untuk
mencapai tujuan, hal ini perlu ditangani oleh konselr bersama dengan klien.
Dimana
ada klien disitulah ada masalah da butuh
pemecahan masalah yang sedang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan.S.Willis,
Konseling Individu Teori Dan Praktek,(
Bandung: Alfabeta, 2010), Cetakan V
Imam
Suyuti Farid, Pokok- Pokok Bimbingan Penyulhan Agama Sebagai Tehnik Dakwah,(
Bandung: Bulan Bintang, 2007)
W.s.winkel.bimbingan
dan konseling di institute pendidikan,( Jakarta: pt rineka cipta,1991)
Kartini
Kartono Dan Dani Gul, Kamuspsikolgi,(Bandung : Pionir Jaya, 1978)
[1] Sofyan.S.Willis,
Konseling Individu Teori Dan Praktek,(
Bandung: Alfabeta, 2010),h.111
[2]
Imam Suyuti Farid, Pokok- Pokok Bimbingan Penyulhan Agama Sebagai Tehnik
Dakwah,( Bandung: Bulan Bintang, 2007), h.14
[3] Sofyan.S.Willis,
Konseling Individu Teori Dan Praktek,(
Bandung: Alfabeta, 2010),h.111
[4]
W.s.winkel.bimbingan dan konseling di institute pendidikan,( Jakarta: pt rineka
cipta,1991),h.309
[5] Imam Suyuti Farid, Pokok- Pokok
Bimbingan Penyulhan Agama Sebagai Tehnik Dakwah,( Bandung: Bulan Bintang, 2007),
h.29
[6]
Sudasn, Kamus Konseling,h.138
[7]
Kartini Kartono Dan Dani Gul, Kamuspsikolgi,(Bandung : Pionir Jaya, 1978),h.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar